PANDEGLANG|sergap24.com – Sikap Kepala Desa Cikeusik, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, kini menuai tanda tanya besar. Pasalnya, berulang kali awak media yang hendak melakukan silaturahmi sekaligus menjalankan fungsi kontrol sosial justru selalu gagal bertemu dengan sang Kades.
Alih-alih disambut untuk memberikan informasi, wartawan justru hanya dijumpai oleh staf atau penjaga desa. Alasan yang kerap dilontarkan pun seragam: “Kepala desa sedang keluar.” Kondisi ini menimbulkan dugaan kuat bahwa sang Kades “alergi wartawan” dan sengaja menghindar dari upaya konfirmasi, terutama terkait penggunaan anggaran desa.
Adang Sukandar, Ketua Umum Paguyuban Patwal Banten, menegaskan bahwa apa yang terjadi di Desa Cikeusik sangat mengecewakan.
“Kami wartawan dan organisasi sosial sudah berkali-kali mendatangi kantor desa, tapi jawabannya selalu sama: kepala desa keluar. Fungsi kepala desa itu jelas, sebagai ujung tombak pemerintahan desa, harus melayani tamu, apalagi rekan media yang butuh informasi publik. Tapi yang terjadi justru seolah menghindar,” tegasnya.
Menurut Adang, sikap tertutup kepala desa bertolak belakang dengan kewajiban dan tanggung jawab yang diamanatkan undang-undang.
“Apakah kepala desa alergi media, atau memang ada sesuatu yang disembunyikan? Ini sangat mengherankan. Kami wartawan Pandeglang dan Lebak bahkan mencoba bergiliran datang dalam lima hari kerja, tapi tetap tidak pernah bertemu. Ada apa dengan Kades Cikeusik?” ungkapnya penuh tanda tanya.
Paguyuban Patwal Banten bersama para jurnalis menilai, tindakan seorang kepala desa yang selalu menghindar jelas mencederai semangat transparansi. Padahal, Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 secara tegas menjamin hak publik atas informasi, dan wartawan memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi itu secara benar kepada masyarakat.
Lebih jauh, mereka mendesak pemerintah daerah hingga pusat untuk menaruh perhatian serius terhadap persoalan ini.
“Kami minta Camat Cikeusik turun tangan melakukan pembinaan. Kepala desa dipilih oleh masyarakat untuk menjadi figur yang bisa melayani, mengayomi, dan membangun desa. Bukan malah sulit ditemui apalagi ketika dimintai konfirmasi terkait dana desa dan program kerja,” tandasnya.
Sebagai catatan, Desa Cikeusik adalah ibu kota kecamatan yang posisinya berdekatan langsung dengan kantor kecamatan. Ironisnya, akses pelayanan di desa tersebut justru terkesan tertutup dan tidak ramah terhadap wartawan. Fakta ini kian mempertegas adanya kejanggalan dalam kepemimpinan Kades Cikeusik yang patut disorot lebih dalam.”(Tim/red)
Comment